Selasa, 01 Mei 2012

Sistem pendekatan kebutuhan pokok


Pendekatan kebutuhan pokok untuk pembangunan Indonesia, banyak kalangan yang sejak lama bersikap kritis terhadap pola pembangunan yang berlangsung hingga kini. Pembangunan sekarang terutama dikritik karena pembagian hasilnya ternyata kurang merata. Artinya, lebih menguntungkan golongan yang berpendapatan tinggi dan lebih menguntungkan penduduk kota. Pendekatan kebutuhan pokok disambut baik oleh kalangan luas. Namun di pihak lain banyak juga kritik dilontarkan terhadap gagasan ini. Salah satu kritik adalah bahwa pendekatan ini hanya mengutamakan konsumsi dan bukan investasi. Karena itu menghambat pertumbuhan ekonomi. Dikatakan pula bahwa pendekatan Kebutuhan Pokok pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan 'negara kesejahteraan' di negara Indonesia, yang terbatas kemampuan dan persediaan sumber dayanya.
Strategi ini memang sangat menekankan pemenuhan kebutuhan pokok seluruh penduduk dalam kurun waktu yang relatif singkat. pendapat bahwa pendekatan kebutuhan pokok tidak mementingkan pertumbuhan ekonomi kadang juga timbul karena ucapan beberapa penganutnya, seolah-olah pemenuhan kebutuhan pokok dapat tercapai melalui redistribusi pendapatan dan kekayaan yang ada. Pertumbuhan ekonomi yang pesat justru sangat diperlukan untuk peningkatan produksi barang dan jasa kebutuhan pokok. Diharapkan, bahwa dengan produksi barang dan jasa kebutuhan pokok yang terus-menerus meningkat, kemiskinan absolut dapat dihapuskan. Di samping itu juga akan terhapus kemiskinan relatif, yaitu ketimpangan dalam pembagian kekayaan dan pendapatan antar golongan. Dengan demikian maka pelaksanaan strategi kebutuhan pokok bukan berarti mengabaikan pertumbuhan ekonomi dan mengutamakan redistribusi kekayaan dan pendapatan, tetapi reorientasi arah dan pola pertumbuhan ekonomi ke peningkatan produksi dan distribusi barang dan jasa kebutuhan pokok. Alokasi lebih diarahkan ke sektor penghasil barang dan jasa kebutuhan pokok yang lebih padat karya dan lebih menghemat dalam pemakaian modal
Di suatu negara berkembang mungkin ada kondisi, yang menyebabkan penggunaan beberapa teknologi padat modal bagaimanapun juga lebih efisien daripada teknologi padat karya. Dengan demikian yang diarah ialah kombinasi optimum dari teknologi padat modal dan padat karya. Ini akan ditentukan pula oleh pertimbangan efisiensi dan keuntungannya bagi masyarakat --syarat yang sudah semestinya digunakan sebagai ukuran dalam penentuan investasi. Dengan pendekatan yang selektif ini maka teknologi padat-karya diutamakan di setiap bidang, dalam hal penggunaannya efisien dan menguntungkan masyarakat. 
Strategi ini menanggulangi kemiskinan secara masal, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi, jika pendapatan masih rendah akibatnya banyaknya penganguran, dan akan menimbulkan dampak
1. Dampak terburuk pada kaum muda
Hampir tiga dari sepuluh orang yang berusia 15-24 tahun, sedang berusaha mencari pekerjaan, sementara saat ini dua pertiga dari orang yang menganggur adalah usia muda.
2. Penurunan Pekerja Sektor Formal
Jumlah orang yang bekerja di sektor formal terus mengalami penurunan hingga lebih dari 1 juta lapangan kerja yang hilang. Kondisi ini terutama terlihat sekali pada kelompok pekerja kasar. Di lain pihak, pekerja di sektor informal menunjukkan gejala yang terus meningkat. Kecenderungan ini merupakangambaran bahwa pekerjaan yang lebih produktif, dengan sistem jaminan sosial
oleh karena itu negara harus menanggulanginya dengan cara :
1. membuka lapangan kerja,
            Dengan lapangan kerja sekarang di Indonesia yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk berakibat pada daya saing untuk mendapatkan kerja sulit. Hal ini dapat berakibat banyaknya pengangguran
2. peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok
            Memberikan kesejahtraan kepada petani, sehingga memakai produk dalam negeri dan membatasi impor karena dapat membantu Negara ini sendiri agar semakin berkembang
3.  Tingkatkan mutu barang,
meningkatkan mutu atau kualitas dari suatu barang itu sangat penting, karena kualitas menentukan kepercayaan konsumen terhadap suatu barang.
4.      Maksimalkan pendidikan dan keterampilan,
meningkatkan dan memaksimalkan pendidikan bagi masyarakat, serta mengajarkan keterampilan bagi masyarakat luas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar