TUGAS SOFTSKILL ETIKA PROFESI AKUNTANSI
NAMA : YOGIE RINALDI
NPM : 27211546
KELAS : 4EB04
A. Entity Concept
Konsep entitas akuntansi dalam akuntansi
keuangan menentukan bahwa akuntansi dikerjakan untuk entitas bisnis tertentu.
Konsep ini menganggap bahwa setiap entitas bisnis merupakan suatu unit yang
terpisah dan pemiliknya dan berbeda dengan entitas lainya. Adanya pemisahan ini
memberikan adanya dasar bagi sistem akuntansi untuk memberikan informasi
mengenai suatu perusahaan, terutama yang berhubungan dengan pertanggungjawaban
keuangan pada pihak-pihak yang membutuhkan. Batas-batas suatu entitas bukanlah
perbatasan yang diciptakan oleh hukum. Walaupun perusahaan induk dengan
perusahaan anaknya merupakan dua badan hukum yang terpisah akan tetapi keduanya
dipandang sebagai satu entitas pelaporan untuk tujuan akuntansi dan hasil ini
bukan merupakan penyimpangan dari konsep kesatuan akuntansi. Ketika suatu
entitas diterapkan, keputusan harus diambil mengenai begaimanakah entitas itu
ditinjau secara teoritis, karena sudut pandang tersebut akan mempengaruhi
penentuan pendapatan, penilaian aktiva, batasan-batasan pemilikan dan keharusan
pengungkapan (disclosure). Pemilikan entitas yang tepat dan penentuan
batasannya tergantung pada tujuan laporan keuangan dan kepentingan para pemakai
informasi keuangan tersebut. Di dalam akuntansi (keuangan), laporan
keuangan harus disajikan setiap unit usaha atau entitas yang disebut kesatuan
akuntansi, dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut daru
fokusnya. Unit sebagai satu kesatuan akuntansi dianggap berdiri terpisah dan
berbeda dari semua pihak yang berkepentingan atau pihak-pihak yang senantiasa
berinteraksi dengan unit tersebut. Jadi, sebagai satu kesatuan akuntansi,
setiap perusahaan dianggap berdiri terpisah dari para pemilik, kreditur,
karyawan, pemasok dan pelangganya. Dari sudut pandang akuntansi, atribut yang
terpenting dari setiap entitas sebagai satu kesatuan akuntansi adalah relevansi
dan manfaatnya, serta dapat didefinisikan sedemikian rupa sehingga dapat dapat
dihasilkan informasi menyangkut kegiatan-kegiatan ekonomi yang bermamfaat untuk
membuat keputusan ekonomi tentang keberadaan entitas tersebut.
B. Going Concern
Going concern menurut adalah suatu
dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya
dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab
serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dalil ini memberikan gambaran
bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang
tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi. Diperlukannya
suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan untuk menciptakan suatu
konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu periode mempunyai sifat
sementara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan keuangan yang
berkelanjutan. Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi
konvensional. Inti going concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan yang
harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa
depannya. Lebih detil lagi, going concern adalah suatu keadaan di mana
perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini
dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan
going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh
manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro
seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam
akibat tingginya tingkat suku bunga.
Konsep
kesinambungan menjelaskan bahwa suatu entitas akuntansi dipandang akan
beroperasi terus untuk merealisasikan aktivitas-aktivitas usahanya. Asumsi ini
mengasumsikan bahwa entitas akuntansi itu tidak akan dilikuidasi dalam jangka
waktu yang dapat diramalkan atau bahwa entitas tersebut akan berjalan terus
untuk peride yang tidak dapat ditentukan. Dengan demikian laporan keuangan
memberikan pandangan sementara mengenai keadaan perusahaan dan hanya merupakan
sebagian dari laporan keuangan yang berkesinambungan. Konsep kesinambungan
membenarkan penilaian aktiva dasar bukan nilai likuidasi dan membenarkan penggunaan
historikal cost untuk beberapa penilaian serta penerapan penyusutan atau
amortisasi untuk aktiva tetap. Berdasarkan konsep ini maka pelaporan akuntansi
tidak dimaksudkan sebagai nilai dasar perusahaan pada tanggal pelaporan.
C. Unit Of Measure
Konsep pengukuran
dalam nilai mata uang berpendapat bahwa akuntansi merupakan suatu proses
pengukuran dan penyampaian akuntansi perusahaan yang dapat diukur dengan uang.
Secara tidak langsung konsep ini menyatakan bahwa satuan uang adalah alat yang
paling efektif untuk mengungkapkan pengukuran aktiva dan kewajiban perusahaan
serta perubahan-perubahannya. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa
informasi non moneter tidak tercakup dalam sistem akuntansi perusahaan.
informasi ini juga diikut sertakan, tetapi informasi utama dalam laporan
keuangan diukur dalam nilai mata uang agar memberikan dasar penafsiran yang
universal bagi pembaca laporan. Konsep ini mengandung pengertian bahwa
uang merupakan alat ukur umum dan paling tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi
dasar yang tepat pula bagi pengukuran analisis akuntansi. Dalam pencatatan,
unit moneter yang diwakili oleh uang sangat relevan, sederhana, tersedia secara
universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum, dengan adanya uang sebagai
alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan unit moneter lebih dapat
terkomunikasikan atas informasi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan tersaji
dalam bentuk informasi kuantitatif. Hal inilah yang membuat pengguna laporan
keuangan lebih dapat melihat objektifitas informasi sumber daya ekonomi bagi
perusahaan untuk dapat membuat keputusan ekonomi yang rasional. Sebenarnya
dalam konteks ekonomi, kehadiran uang sebagai alat tukar (medium of exchange)
karena sistem ekonomi tidak lagi menganut sistem ekonomi non-barter. Hasilnya,
uang saat ini sebagai standar utama dalam menilai dan sebagai hal yang pokok
dalam proses pengukuran. Dengan demikian, laporan keuangan disajikan dengan
unit moneter yang disesuaikan dengan jenis mata uang suatu Negara di mana
perusahaan tersebut beroperasi. Dalam pokok pikiran Paton dan Littleton,
Suwardjono (1986) mengemukakan bahwa satu-satunya data yang pasti yang dapat
diperoleh untuk menunjukkan adanya transaksi pertukaran secara objektif dan
untuk menyatakan transaksi pertukaran tersebut secara homogen adalah jumlah
satuan uang yang terlibat dalam pertukaran. Maka, data tersebut merupakan bahan
olah dasar akuntansi.
D. Periodic Reporting
Meskipun akuntansi
juga berasumsi bahwa bisnis akan tetap ada selama jangka waktu yang lama dan
tidak ditentukan, penting untuk dipantau akun atau pencatatan dengan keterangan
yang jelas untuk periode bisnis yang ditujukan untuk mengetahui hasil operasi bisnis
dan disajikan posisi keuangan untuk periode tersebut. Biasanya pencatatan
dipersiapkan untuk periode satu tahun yang mana boleh jadi sesuai dengan
kalender tahunan sebagai tahun laporan keuangan. “Konsep perioda menyatakan
bahwa akuntansi memperhitungkan laba dengan periode waktu sebagai takarannya
dan bukan angkatan produk,” (Suwardjono, 2003, hlm 101). Lanjut Suwardjono
(2003) bahwa sebagai implikasi dari konsep ini adalah akuntansi menentukan laba
dengan menandingkan atau mengasosiasi pendapatan periode dengan biaya yang
dianggap menciptakan pendapatan untuk periode tersebut. “Jadi, biaya dianggap
sebagai upaya untuk menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran
penandingan,” (Suwardjono, 2003: hlm. 101). Konsep periode akuntansi
berpendapat bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan kekayaan suatu
perusahaan harus diungkapkan secara berkala. Oleh karena itu aktivitas ekonomi
perusahaan dipecah dalam periode-periode dan dengan penyajian laporan keuangan
secara periodik diharapakan hal tersebut dapat membantu pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Walaupun periode itu bervariasi,
namun Undang-Undang pajak pendapatan, yang menghendaki penentuan pendapatan
atas dasar tahunan dan praktek perniagaan tradisional menyebabkan periode
tersebut biasanya satu tahun.
E. Conservatisme
Prinsip konservatisme
adalah konsep yang mengakui beban dan kewajiban sesegera mungkin meskipun ada
ketidakpastian tentang hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan aset
ketika sudah yakin akan diterima. Berdasarkan prinsip konservatisme, jika ada
ketidakpastian tentang kerugian, Anda harus cenderung mencatat kerugian.
Sebaliknya, jika ada ketidakpastian tentang keuntungan, Anda tidak harus
mencatat keuntungan. Dengan demikian, laporan keuntungan cenderung menghasilkan
jumlah keuntungan dan nilai aset yang lebih rendah demi untuk berjaga-jaga.
Prinsip konservatisme juga dapat diterapkan dalam membuat perkiraan. Misalnya,
jika bagian penagihan piutang yakin bahwa sekelompok piutang akan memiliki 3%
piutang tidak tertagih, namun bagian penjualan cenderung yakin pada angka 5%
lebih tinggi karena situasi penjualan industri yang lesu, angka 5% yang diambil
saat membuat penyisihan piutang ragu-ragu, kecuali ada bukti kuat untuk
sebaliknya. Contoh lain dari penerapan prinsip konservatisme adalah LOCOM, di
mana persediaan dicatat dengan harga yang terendah antara beban pembeliannya
atau harga pasar saat ini. Untuk menghadapi kejadian-kejadian dimasa
datang yang penuh ketidakpastian dan berbagai resiko, akuntansi senantiasa
berpedoman pada suatu konsep berhati-hati yang dikenal dengan konsep
konservatif. Konsep concervatism merupakan konsep dalam akuntansi yang
konvensional, yang timbul dari ketidakpastian dalam pelaporan keuangan. Konsep
ini menekankan jika terdapat beberapa kemungkinan penilaian untuk suatu
perkiraan, maka untuk perkiraan pendapatan aktiva sebaiknya dipilih alternatif
yang akan menghasilkan nilai paling kecil dan sebaliknya untuk perkiraan
kewajiban dan beban sebaiknya dipilih alternatif yang akan menghasilkan nilai
terbesar. Selain itu konsep ini juga mengandung pengertian bahwa adanya
indikasi timbulnya biaya harus diakui apabila telah disertai bukti yang cukup
mengenai kepastian dari pendapatan tersebut.
F. Accrual Basis
Basis Akrual (Accrual
Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah
dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau
keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun uang
belum benar – benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain basis akrual
digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi Basis
akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a. Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan
ekuitas dana.
b. Beban diakui saat terjadi transaksi,
sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpercaya.
c. Pendapatan diakui saat terjadi
transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpecaya
walaupun kas belum diterima.
d. Banyak digunakan oleh
perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan
dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk menggunakan basis akural).
e. Piutang yang tidak tertagih tidak akan
dihapus secara langsung tetapi akan dihitung kedalam estimasi piutang tak
tertagih.
f. Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun
sesuai dengan transaksi yang terjadi.
g. Adanya peningkatan pendapatan perusahaan
karena kas yang belum diterima dapat diakui sebagai pendapatan.
h. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam menentukan
kebijakan perusahaan kedepanya.
i. Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga
dapat mengurangi risiko kerugian.
2. KelemahanPencatatan
Akuntansi Secara Accrual Basis
a. Metode accrual basis digunakan untuk pencatatan.
b. Biaya yang belum dibayarkan secara kas,
akan dicatat efektif sebagai biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan
perusahaan.
c. Adanya resiko
pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat mengurangi pendapatan
perusahaan.
d. Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan
perusahaan.
e. Perusahaan tidak mempunyai perkiraan
yang tepat kapan kas yang belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.
G. Matching Cost With
Revenue
Dalam akuntansi
dikenal prinsip matching concept. Di mana yang dimaksud dari prinsip
ini adalah dengan diakuinya beban bukan pada saat pengeluaran kas telah terjadi
atau telah dibayarkan. Namun, diakui ketika suatu produk atau jasa secara
aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. “Pendapatan suatu periode
harus dibebani dengan biaya-biaya yang secara ekonomis berkaitan dengan produk
yang menghasilkan pendapatan tersebut, (Suwardjono, 1986, hlm 116). Hal ini
memungkinkan adanya biaya yang ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aset pada
posisi keuangan atau neraca. Meskipun dalam kenyataannya biaya ditangguhkan
tersebut tidak memberikan manfaat ekonomi di masa depan. “Expenses are defined
as costs that expire as a result of generating revenues,” (Wolk, Francis,
Tearney, 1991, hlm. 124). Bahwa beban ditentukan sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan atau pendapatan. Proses pengakuan beban untuk kategori seperti
depresiasi, harga pokok produk atau penjualan, bunga dan biaya ditangguhkan
disebut dengan konsep penandingan ini (matching concept).
Konsep matching berimplikasi pada biaya diakui secara adil dan secara
wajar untuk mengakui pendapatan. Dalam menetapkan laba bersih secara
berkala pada dasarnya menyangkut dua masalah yaitu : pendapatan yang diakui
dalam periode tersebut dan biaya-biaya yang timbul terpakai (beban) yang harus
dialokasikan keperiode-periode tersebut. Masalah yang timbul adalah masalah
waktu yaitu kapan pendapatan dan biaya tersebut ditetapkan karena biaya-biaya
tersebut harus dipertemukan dengan pendapatan, maka pembebanan biaya sangat
tergantung pada saat pengakuan pendapatan dan dilaporkan dalam periode
diakuinya pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan
biaya akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
H. Cost Benefit Analysis
CBA (Cost Benefit
Analysis) atau analisis biaya manfaat adalah pendekatan untuk rekomendasi
kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu
kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total
keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003:447). Awal perkembangan analisis
biaya manfaat (CBA) mulai familiar ketika menjadi klausul dalam Undang – Undang
Pengendalian Banjir AS (US Flood Control Act) tahun 1936. CBA berkembang
sebagai landasan teoritis ilmu ekonomi kesejahteraan, terutama konsep ilmu
kesejahteraan yang mengutamakan efisiensi (Pearce, 2008: 181). CBA
saat ini merupakan teknik mapan yang banyak digunakan dalam pemerintahan maupun
organisasi internasional. Meskipun tertentu yang mendasari konsep teknik
berasal dari Eropa pada 1840-an, penggunaan CBA di lingkunganekonomi merupakan
model implementasi yang tergolong baru. Implementasi CBA mulai berjalan
ketika peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah AS yang membuat
penggunaan CBA wajib di keadaan tertentu di tahun 1930. Dua konsep dasar yang
berasal dari Eropa adalah konsep surplus konsumen dan konsep eksternalitas.
Konsep surplus konsumen diperdebatkan oleh Jules Dupuitin 1844, ketika ia menunjukkan bahwa pengguna jalan dan jembatan di Perancis
menikmati keuntungan melebihi jumlah korban yang mereka bayar untuk penggunaan.
Pigou mengembangkan secara efektif konsep eksternalitas dengan menyatakan
bahwa ada perbedaan antara swasta ekonomi produksi dan produk ekonomi
masyarakat (mishan and Quah :243). CBA dilengkapi dengan pendekatan diskonto
untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang berdasarkan
nilai sekarang dan tingkat diskonto tertentu. Hal ini disebabkan oleh biaya dan manfaaat yang
cenderung terakumulasi. dalam realitas deskriptif, tingkat
preferensi waktu dan taksiran biaya modal sangat bervariasi akibat
ketidaksempurnaan pasar-pasar modal. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan publik
(sebagai konsumen) lebih menyukai kondisi (Pearce, 2008: 121-122). Implementasi
CBA dalam pembuatan rekomendasi di sektor publik mempunyai ciri ciri antara
lain berusaha untuk mengukur semua biaya dan manfaat untuk masyarakat yang
dihasilkan dari program pulik. Analisis biaya manfaat secara tradisional merepresentasikan
rasionalitas ekonomi karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan
penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Analisis biaya manfaat tradisional
juga menggunakan pasar (swasta) sebagai titik tolak untuk merekomendasikan
kebijakan publik. Analisis biaya manfaat kontemporer, atau disebut juga
analisis biaya manfaat sosial, dapat digunakan untuk mengukur redistribusi
manfaat (Dunn, 2003: 448). Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu
proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat
yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Dalam analisis benefit dan
cost perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu
bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi.
Sesuai dengan denganmaknat ekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya) maka
analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan/kerugian
suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan
dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak
digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait
dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi
hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan
atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau
keuangan.
Sumber/Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar